Home » Education » Memahami Karakteristik Tanpa Diri (Anatta) dalam Meditasi I Bhikkhu Santacitto I Edisi Ngajar STAB

Memahami Karakteristik Tanpa Diri (Anatta) dalam Meditasi I Bhikkhu Santacitto I Edisi Ngajar STAB

Written By BUDDHA DHAMMA INDONESIA on Tuesday, Nov 17, 2020 | 06:58 PM

 
Salah satu ajaran yang sangat penting yang ditunjukkan oleh Sang Buddha adalah keberadaan realitas anatta. Anatta adalah tanpa diri atau tanpa roh. Realitas ini ditunjukkan oleh Sang Buddha bukan semata-mata hasil logika, tetapi melalui pengalaman meditatif Sang Buddha, diperoleh melalui pengetahuan tinggi (abhiññā). Beliau melihat bahwa pandangan yang kebanyakan manusia memegang bahwa ada diri, individu, makhluk atau roh, sebenarnya merupakan kecenderungan batin semata. Pandangan ini telah dibangun begitu kokoh dan kuat selama kelahiran-kelahiran yang tidak terhitung banyaknya. Hakekatnya, tidak ada diri atau roh. Yang ada adalah kumpulan berbagai faktor yakni secara singkat batin dan jasmani, dan jika dijabarkan adalah lima gugusan (jasmani, perasaan, persepsi, bentuk-bentuk batin dan kesadaran) yang karena saling menyokong, memunculkan sebuah pandangan adanya diri. Melihat keberadaan anatta tentu tidak mudah karena selama jangka waktu yang begitu lama batin kita terdoktrin untuk melihat ada diri, roh, aku atau individu. Realitas anatta akan terlihat jelas dengan seseorang bermeditasi, dengan seseorang melihat ke dalam diri, melihat hubungan batin dan jasmani, atau melihat hubungan lima gugusan. Dengan meditasi, seseorang akan melihat bahwasanya setiap fenomena baik batin maupun jasmani ternyata hanya timbul tenggelam. Dengan keberadaannya yang timbul tenggelam, tidak ditemukan entitas, diri atau individu di sana. Yang ada hanyala sekedar fenomena yang selalu berubah, tidak tetap, tidak permanen. Semakin melihat lagi ke dalam, seseorang akan melihat bahwa ia tidak dapat mengontrol perubahan tersebut sesuai dengan keinginannya. Ia tidak bisa mengontrol perasaannya agar selalu bahagia, atau mengontrol pikirannya agar selalu damai. Karena hal ini, dimanakah ditemukan diri, aku, individu, roh atau entitas? Melihat keberadaan tanpa diri bertujuan agar batin tidak melekat dengan batin dan jasmani. Sang Buddha menunjukkan bahwa salah satu yang menyebabkan seseorang terus dicengkeram dukkha (penderitaan) adalah karena kecenderungan batin yang menganggap bahwa ada diri atau entitas. Ketika merasa dirinya direndahkan, seseorang menjadi marah. Ketika merasa dirinya lebih unggul, seseorang menjadi sombong dan serakah. Banyak konflik dan penderitaan muncul karena kecenderungan ini. Oleh sebab itu, mengenali batin dan jasmani untuk melihat realitas anatta sangat penting dalam kehidupan meditatif, demi kedamaian batin. Untuk lebih lengkapnya, simak video berikut...